Kamis, 28 April 2022

Tugas 3.1.a.9. Koneksi Antar Materi; Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran


Tugas 3.1.a.9. Koneksi Antar Materi; Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

“Mengajarkan anak berhitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”

( Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best )

=Bob Talbert=

 

Salam Guru Penggerak,

Sebuah pantun pembuka kata untuk Bapak Ibu setanah air Indonesia:

Jelang lebaran teringat ayah bunda

Kampung halamanpun memanggil pulang

Perkenalkan nama saya Gilang Dwi Nanda

Calon Guru Penggerak dari SLB Negeri 1 Padang

 

Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih kepada Fasilitator saya yaitu Bapak Azwar, M.Pd dan Pengajar Praktik saya Ibu Tri Susilawati, S.Pd yang selalu membimbing, mengarahkan, memberikan support, dan mendampingi saya dalam mengikuti Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan IV Kota Padang ini.

Dalam kesempatan ini saya akan memaparkan Tugas Koneksi Antar Materi Modul 3.1.a.9 terkait Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Berikut adalah jawaban dari 10 pertanyaan yang akan saya ulas satu per satu:

1.     Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Pengaruh Filosofi Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara terhadap bagaimana seorang pemimpin pembelajaran mengambil keputusan yaitu:

·       Ing Ngarso Sung Tuladha (di depan memberi teladan)

Sebagai suri tauladan yang baik bagi muridnya, guru harus bisa mengambil keputusan yang bijaksana, tepat dan solutif. Guru harus mampu menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah baru. Dengan demikian sikap guru dalam mengambil keputusan akan dicontoh murid sebagai cerminan mereka dalam bertutur kata, bersikap dan mempengaruhi cara murid dalam mengambil keputusan.

·       Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun motivasi/dorongan)

Guru menyadari bahwa setiap anak itu unik dan memiliki kodratnya masing-masing sehingga guru hanya perlu menuntun segala kodrat yang ada pada anak, mengarahkan dan memberi motivasi/ dorongan supaya anak dapat berproses dan berkembang. Dalam proses menuntun, anak akan diberi kebebasan, dalam hal ini guru sebagai pamong memberikan tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah serta membahanyakan dirinya serta anak menemukan kemerdekaannya dalam belajar sehingga akan berdampak pada pengambilan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab.

·       Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dukungan).

Guru harus mampu mengambil keputusan yang berpihak pada murid serta bijaksana. Sebagai pemimpin pembelajaran guru juga harus memberikan dukungan kepada muridnya yang telah mengambil keputusan dengan menerapkan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip penyelesaian dilema, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

2.     Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang pendidik merupakan hasil proses pembelajaran dan pendidikan yang juga berkaitan dengan kebudayaan, adat istiadat, aturan hukum, dan juga norma-norma masyarakat yang  sudah ditanamkan sejak kecil. Nilai-nilai tesebut tentunya adalah nilai kebaikan, kejujuran, tanggung jawab, disiplin, toleransi, gotong-royong dan nilai positif lainnya. Nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai yang paling kita hargai dalam hidup dan sangat berpengaruh pada pembentukkan karakter , perilaku dan membimbing dalam kita mengambil sebuah keputusan. Sebagai Guru Penggerak, tentunya ada beberapa nilai yang harus dipegang seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Untuk dapat mengambil keputusan yang tepat diperlukan nilai-nilai atau prinsip, pendekatan, dan langkah-langkah yang benar sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita. Untuk membuat keputusan berbasis etika, diperlukan kesamaan visi, budaya dan nilai-nilai yang dianggap penting dalam sebuah institusi sehingga prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan akan lebih jelas.

3.     Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Kegiatan terbimbing yang telah saya lakukan pada materi pengambilan keputusan sangat erat kaitannya dengan proses pembelajaran kita terutama kegiatan coaching, dimana sebagai coach guru harus menuntun coachee menemukan solusi atas permasalahannya sendiri, dalam hal ini coachee dituntun dalam mengambil keputusan dengan menerapkan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip penyelesaian dilema, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

4.     Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan, dimana dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi sosial emosional seperti kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) sehingga diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfullness), terutama sadar dengan berbagai pilihan , konsekuensi yang akan terjadi, dan meminilisir kesalahan dalam pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang kita ambil karena tidak ada keputusan yang bisa sepenuhnya mengakomodir seluruh kepentingan para pemangku kepentingan. Namun tujuan utama pengambilan keputusan selalu pada kepentingan dan keberpihakan pada murid.

5.     Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik akan sangat besar pengaruhnya terhadap cara pendidik tersebut membahas studi kasus yang fokus pada masalah moral ataupun etika. Seorang pendidik yang luhurnya menganut nilai-nilai positif maka ia akan mampu menerapkan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip penyelesaian dilema, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Oleh sebab itu perlu diperkuat nilai-nilai positif yang dianut pendidik dengan aksi nyata budaya positif di sekolah.

6.     Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Pengambilan keputusan yang tepat tentunya tidak akan menimbulkan masalah baru dan pertikaian (konflik). Pengambilan keputusan yang bijaksana juga merupakan hasil analisa pengambilan keputusan berdasarkan pada 4 paradigma ; a. individu melawan masyarakat, b. rasa keadilan melawan rasa kasihan, c. kebenaran melawan kesetiaan, d.jangka pendek melawan jangka Panjang. Pengambilan keputusan juga mempertimbangkan 3 prinsip pengambilan keputusan yang tepat ; a.Rule-based Thingking, b.End-based Thingking, c.Care-based Thingking. Keseluruhan alurnya terdiri dari 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga hasil keputusan yang kita ambil mampu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman untuk murid. Intinya pengambilan keputusan yang tepat terkait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan . Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

7.     Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Menyamakan persepsi dan perubahan paradigma rekan-rekan sejawat agar mampu menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika yang dihadapi berdasarkan alur yang tepat bukanlah hal mudah sehingga hal ini menjadi salah satu kesulitan yang saya hadapi di lingkungan kerja. Namun saya yakin dan percaya, dengan keterampilan coaching maka saya pasti bisa menuntun rekan-rekan di sekolah mengambil keputusan mereka atas dilema etika dan bujukan moral yang mereka hadapi.

8.     Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Pengambilan keputusan yang tepat akan sangat berdampak pada murid. Dengan keputusan-keputusan yang tepat maka akan tercipta lingkungan belajar yang kondusif sehingga murid merasa nyaman, merdeka dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran di sekolah dan pelayanan serta kualitas pendidikan di sekolahpun meningkat.

Keputusan yang diambil sebagai bentuk proses dalam menuntun murid untuk merdeka, tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat alam, zaman dan potensi yang dimilikinya. Sehingga pada akhirnya nanti murid secara mandiri dapat mengambil keputusan atas dilema etika yang dihadapinya dengan bijaksana sehingga tujuan merdeka belajar yaitu membuat murid belajar dengan selamat dan bahagia pun tercapai.

9.     Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Sebagai guru tentunya keputusan-keputusan yang diambil harus berpihak pada murid. Dengan demikian segala kendala yang dapat menghambat kemajuan belajar murid akan teratasi. Hal ini tentunya akan meningkatkan motivasi belajar murid sehingga kualitas merekapun akan meningkat. Dengan meningkatnya SDM murid maka masa depannya pasti akan lebih cerah. Pendidik yang mampu mengambil keputusan secara tepat akan memberikan dampak akhir yang baik dalam proses pembelajaran sehingga mampu menciptakan well being murid untuk masa depan yang lebih baik.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari pembelajaran modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran terkait dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya yaitu semua materi yang telah dipelajari merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan untuk memerdekakan murid dalam belajar. Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa Pendidikan bertujuan menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun masyarakat.

Dalam melaksanakan proses Pendidikan, seorang pendidik harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan dengan baik maka keterampilan coaching akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan- pertanyaan untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan.

Keterampilan coaching ini dapat membantu murid dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri tidak sebatas pada murid, keterampilan cocaching dapat diterapkan pada rekan sejawat atau komunitas terkait permasalahan yang dialami dalam proses pembelajaran. Selain itu diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan dan proses pengambilan keputusan diharapkan dapat dilakukan secara sadar penuh(mindfullness), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.

 

Demikianlah pemaparan yang dapat saya sampaikan melalui tulisan singkat ini. Semoga bermanfaat dan mohon maaf atas segala kekurangannya. Untuk kesempurnaan tugas ini saya juga berharap kritik dan saran dari para pembaca sekalian. Terimakasih banyak.

 

Salam Guru Penggerak,

Gilang Dwi Nanda, S.Pd

CGP Angkatan IV Kota Padang


 

5 komentar:

  1. Mantap pak gilang...kemampuan emosional ini kadang masih susah juga untuk memprakteklannya.kesadaran diri juga..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Bu. Itu sebabnya kita masih belajar di Program ini agar selesai pendidikan nanti kita memiliki KSE yang lebih baik. Amin, hihihi

      Hapus
  2. mantap Luar Biasa pak gilang penerapan Pengambil keputusanya semoga bisa kita terapkan disekolah dan dikomunitas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama sama Bu Mira. Saya terinspirasi karena Bu Mira dkk juga. Masa saya kalah sama Emak Emak yg super sibuk pastinya jelang lebaran tapi tetap mengerjakan tugas dengan maksimal. Hebat

      Hapus
  3. Izin koment sebuah tawaran solusi yang masuk akal dan bisa diterapkan. Krisan dari ibu ada sedikit ambigu dalam penggunaan istilah kita, saya, guru, pendidik, dan anda. Bisa dengan orang pertama tunggal, atau orang ketiga.

    BalasHapus